Jumat, 02 Desember 2011

Pemerintah Genjot Hilirisasi Pertambangan

Pemerintah terus melakukan percepatan proses hilirisasi produk pertambangan dalam negeri sebagai salah satu upaya meningkatkan nilai tambah potensi alam sekaligus strategi meminimalisir dampak larangan ekspor bahan mentah.

Salah satu target kebijakan percepatan hilirisasi produk pertambangan adalah tidak ada lagi ekspor bahan baku pada 2014. Hasil pertambangan harus terlebih dahulu diolah di dalam negeri.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, pemerintah tidak ingin potensi dan hasil kekayaan alam Indonesia diambil begitu saja tanpa memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui peningkatan nilai tambah.

Pihaknya pembangunan proyek hilirisasi tambang Feronikel yang akan dibangun di Halmahera Timur, Maluku Utara. Hilirisasi pertambangan di wilayah ini diyakini akan mengembangkan kekayaan-kekayaan alam di Indonesia timur sekaligus mendorong kesejahteraan masyarakat di sekitarnya dengan dibukanya lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar. Kebijakan hilirisasi dimasukkan dalam salah satu program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

"Di dalam MP3EI sudah saatnya kita tak lagi mengekspor bahan mentah," kata Hatta saat meresmikan ground breaking proyek Feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara, Rabu (30/11/2011).

Dia menegaskan, hingga 2014, semua produk pertambangan, seperti nikel dan alumina, harus diolah di dalam negeri dan dijadikan suatu pusat pertumbuhan ekonomi. Proyek feronikel yang dilakukan PT Antam Tbk  ini menjadi bagian dari MP3EI yang terletak dalam koridor enam Maluku dan Papua dalam menciptakan sumber pertumbuhan.

Dalam dokumen MP3EI, pemerintah mengindikasikan total kebutuhan investasi untuk pengembangan koridor enam yakni Kepulauan Maluku dan Papua mencapai Rp602 triliun. Dalam dokumen MP3EI juga disebutkan, investasi kegiatan utama dan investasi infrastruktur di koridor Papua-Maluku masing-masing sebesar Rp440,9 triliun dan Rp161,4 triliun.

Besarnya kebutuhan tersebut diakui tidak mungkin dilakukan sendiri oleh pemerintah. Keterlibatan sektor swasta dan BUMN menjadi faktor penting keberhasilan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional.

Pihaknya mengapresiasi investasi yang dilakukan Antam serta anak perusahaannya PT FeNi Haltim (FHT) membangun kompleks pabrik pengolahan bijih nikel menjadi feronikel, beserta seluruh kelengkapan infrastruktur yang dibutuhkan di kawasan timur Indonesia. Terlebih, Antam mengikutsertakan BUMN dalam hal ini PT PLN (Persero) untuk mengembangkan proyek tersebut.

"Sinergi ini harus dijadikan modal untuk pembiayaan proyek besar. Perbankan kita pun juga perlu diajak terlibat. BUMN kita terbukti mampu membiayai proyek kita sendiri," tegas Hatta.

Nilai total proyek ini mencapai USD1,6 miliar dolar termasuk biaya pembangunan power plant senilai USD600 juta. Proyek ini akan menambah kapasitas produksi feronikel Antam sebesar 27.000 ton nikel dalam feronikel per tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tutorial Blog

Katanya Temen Nih

Site Info

Friend Link

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
mendripsikan tentang pertambangan
Lihat profil lengkapku

Reader Community